Hari ini ada satu pelajaran
penting yang saya alamai. Beberapa waktu lalu bapak saya menyuruh saya untuk
menyimpan sim nya dengan baik, karena beliau lupa membawapulang sim nya ke
timika. Jadi rencananya apabila ada orang yang pulang ke timika saya disuruh
unuk menitipkan sim nya kepada mereka. Waktu itu saya sempat lupa menaruh sim
nya dimana, saya kaget saya kira hilang. Ternyata simnya ada di dalam amplop
berwarna coklat. Beberapa kali sempat saya ingin menyimpannya di kamar belakang
tapi terus saja saya tunda. Beberapa kali saya juga ingin mengeluarkan simnya
dari amplop itu, karna pernah sekali saya sudah membiarkanya tergelatak begitu
saja dilantai kamar tamu. Hari itu sekitar jam 6 magrib teman saya menelpon
bahwa dia akan segera berkunjung ke makassar dan mau menginap di rumah saya.
Ototomatis saya harus membersihkan rumah, merampikan kamar dan sebagainya.
Meskipun yang datang adalah teman akrab saya tapi tetap saja, sebagai tuan
rumah yang baik. Alangkah indahnya apabila dia datang dalam keadaan rapi. Saya
rasa pada saat membersihkan dengan terburu-buru saya mungkin memasukannya ke
kantong sampah tampa sadar. Beberapa
hari berselang ketika bangun tidur saya baru sempat terbayang dengan sim bapak
saya. Saya mencari kantong sampah yang kemarin tapi sudah tidak ada, dan itu
berarti suah terbuang. Saya sempat pergi ke tempat pembuangan sampah dan
melihat tumpukan sampah. Tentu saja pasti sampah saya sudah hilang ditelan
tumpukan sampah, atau mungkin saat ini sim itu sudah hilang menjadi abu
pembakaran.
Saya begitu meyesali kecerobohan
saya, kenapa tidak dari kemarin saya meletakkannya di tempat yang aman,
mengeluarkannya dari amplop agar mudah terlihat dan sebagainya. Tapi yah sudahlah. Saya lantas berfikir
bahwa.
1. Sebagai
umat islam saya mutlak menyadari bahwa, Allah maha mengetahui segalanya.
2. Bukankah
saya percaya bahwa, tidak ada satu daun pun yang jatuh kepermukaan bumi tampa
kekuasaan dari Allah.
Oleh sebab itu saya yakin bahwa,
hilangnya sim bapak saya semua itu telah diatur oleh Allah SWT. Pasti ada
hikmah di balik ini semua. Dan semoga saya bisa mengambil pelajaran yang
penting dari persitiwa ini. Lagipula saya rasa kita tidak perlu menyesali
segala sesuatu terlalu dalam, karna semuanya kan berasal dari Allah dan akan
kembali kepada Allah. Lagi pula saya juga kan tidak sengaja menghilangkannya.
Kalau memang sim itu tidak mau hilang pasti Allah akan mengingatkan saya untuk
segera sadar tidak membuang amplop coklat itu. Maka dari itu semua ini sudah
terjadi atas kehendak Allah SWT.
Makassar 29 Mei 2014
A Sandy Wijaya Rifai
Jam 17.10